HARIANSUMEDANG.COM – Metamorfosa wajah Sumedang dari dekade ke dekade jadi lembaran sejarah yang ketika dimaknai oleh generasi nanti mungkin menyayangkan atau memaklumi perubahannya.
Bila berjalan mundur puluhan dekade, Sumedang pernah dijuluki Kota Beludru, sebuah julukan elok yang ditujukan kepada wilayah dengan vegetasinya yang masih terjaga.
Konon, wajah Sumedang kala itu, bila dilihat dari atas bumi, seolah hamparan Beludru hijau lembut yang memberikan rasa nyaman bagi yang melihatnya.
Memang begitu realitanya, di kanan kiri jalan-jalan raya, karpet beludru dari hijaunya alam membentang tanpa putus, elok laksana perawan yang rupawan.
Baca Juga:
Khusus untuk Mahasiswa, Media Online Ini Siap Bantu Terbitkan Artikel Tugas Kampus di Media Online
Pantas saja, bila seorang penulis Belanda menyebut Sumedang sebagai Paradijs Van Java atau surganya di Pulau Jawa, karena memang begitulah keadaannya.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, karpet beludru lembut yang hijau itu, telah mengalami devastasi, di mana-mana terlihat atap-atap hunian dan rabat beton panjang mengular.
Bahkan, foto angkasa terbaru, memberi gambaran beludru lembut itu sebagian telah berubah bentuk menjadi hamparan jutaan kubik air yang memberikan iklim kegerahan bagi warga sekitar.
Sedikitnya ada tiga bendungan yang telah dan akan berdiri di bekas Kota Beludru, yakni Waduk Jatigede, Bendungan Sadawarna dan Bendungan Cipanas di perbatasan dengan Indramayu.
Baca Juga:
Beralamat di Kota Cimahi, Otoritas Jasa Keuangan Cabut Izin Usaha PT Bank Perkreditan Rakyat Kencana
Prabowo Subianto Berpesan ke Para Caleg dan Cakada Gagal Terpilih, Terus berjuang dan Tak Menyerah
Bendungan Jatigede luasnya 4.983 hektar menghabiskan anggaran senilai 467 juta dollar atau setara Rp6,2 triliun dengan menggusur 11.469 keluarga di 32 desa.
Waduk Jatigede bisa mengairi 90.000 hektare areal pesawahan di daerah Pantura (pantai utara) seperti Majalengka, Indramayu dan Cirebon.
Selain Bendungan Jatigede, Sumedang pun miliki Bendungan Sadawarna, bendungan ini dibangun dengan nilai investasi mencapai Rp2 triliun.
Bendungan Sadawarna, memiliki genangan seluas 695 hektare , mampu mengairi sawah seluas 4.280 hektare di Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu.
Baca Juga:
Optimisme di Pasar Meningkat: CSA Index Desember 2024 Menunjukkan Tren Positif untuk IHSG
M. Dzul Fahmi Siswa SMK PGRI 3 Karawang Raih Medali Emas di Ajang Karate Internasional
Lalu, Bendungan Cipanas, dimulai sejak November 2016 hingga selesai pada Desember 2023. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 251 juta m3 atau sekitar 10 kali lebih besar dari Bendungan Kuningan.
Bendungan Cipanas memiliki manfaat suplai irigasi seluas 9.273 hektare untuk area pertanian di Kabupaten Sumedang dan Indramayu, khususnya di Daerah Irigasi (DI) Cipanas, Cikawung, dan Cibunut.
Bendungan ini juga mampu memenuhi kebutuhan air baku sebesar 850 liter/detik di kawasan segitiga Cirebon-Patimban-Kertajati (Rebana) yang berada di Kabupaten Indramayu dan Sumedang..
Perubahan bentuk dari Kota Beludru menjadi Kota Bendungan menjadikan Sumedang sebagai daerah yang memberi manpaat bagi daerah lain.
Pantas bila Gubernur Ridwan Kamil pernah berujar, warga Sumedang akan masuk surga karena keikhlasan wilayahnya digunakan sumber pengairan untuk daerah lain. (Tatang Tarmedi) ***