HARIANSUMEDANG.COM –Masih marak praktik perdukunan dengan cara kesurupan menstempel setiap tamu keturunan Raja-Raja dan Bupati Sumedang tempo dulu.
Nama Raja-Raja dan Bupati Sumedang tempo dulu yang kerap dijadikan objek perdukunannya dari mulai Prabu Guru Aji Putih, Prabu Geusan Ulun, Jaya Perkosa dan lainnya lagi.
Mereka, para dukun, berani menyebut angka keturunannya sehingga si tamu mengakukan ke orang-orang dirinya keturunan kesekian dari Dalam Sumedang tersebut.
Beberapa dukun bahkan mendatangi pejabat-pejabat penting dan melakukan hal sama. Ironisnya, si pejabat itu begitu percaya terhadap ungkapan sang dukun.
Baca Juga:
Derasnya Hujan, Runtuhnya Tanah, dan Kepanikan yang Melands Warga Desa di Provinsi Jawa Barat
Anak-anak Babelan Dapat Sentuhan Kemanusiaan Lewat Bantuan PROPAMI Care
Fraksi PDIP Walk Out Bela Marwah DPRD Jawa Barat, Memprotes Gubernur yang Dinilai Abaikan Legislatif
BACA JUGA :
Di SMK Korpri Sumedang Tunggakan Biaya Pendidikan Bisa Dicicil Dengan Prestasi
Cukup marak fenomena praktik perdukuman dengan modus seperti tadi, Juru Kunci makam keramat Dayeuhluhur H. Aceng Hermawan angkat bicara.
Baca Juga:
Keluar dari Bayang-Bayang Singapura, Pemerintah Indonesia Ambil Langkah Besar Soal Importasi BBM
Gelombang Bencana Hidrometeorologi di Musim Pancaroba, Jawa Barat Kembali Terendam
Menurutnya, semua itu tidak lepas dari seni perdukunan, ” Bila tidak melakukan itu, dia tidak akan dapat uang,” ujar Aceng.
Keturunan Raja atau Bupati Sumedang tempo dulu, kata Aceng, telah jelas silsilah keturunannya sesuai dengan data di Museum Prabu Geusan Ulum.
“Tidak bisa sembarang begitu saja ngaku-ngaku. Apalagi menstempel keturunan Jaya Perkosa. Sebab, kandaga lante ini tidak terkabarkan memiliki istri. Jadi bagaimana mau ada keturunannya,” ujar Aceng lagi.
Jaya Perkasa, lanjut Kuncen yang pernah jadi Anggota DPRD Sumedang, salah seorang jagoan perang dari Kerajaan Pajajaran yang diutus untuk memberikan Mahkota Binokasih kepada Ratu Sumedang.
“Ia datang bertiga bersama Terong Peot dan Kondanghapa untuk menyerahkan mahkota Kerajaan Pajajaran ke Ratu Pucuk Umun,” tutur Aceng.
Ke tiga Kandaga Lante dari Kerajaam Pajajaean itu, tutur Aceng lagi, akhirnya mengabdikan diri jadi kepala perang Kerajaan Sumedang Larang dan pernah habis-habisan menghadapi bala tenrara Kerajaan Cirebon. (Tang)