HARIANSUMEDANG.COM – Ruas jalan sepanjang hampir tiga kilometer dari Kampung Jelekong Desa Cigendel Kecamatan Pamulihan hingga Kampung Singkup Desa Ciherang Kecamatan Sumedang Selatan dikenal sebagai Jalan Cadas Pangeran.
Jalan ini tercatat dalam sejarah nasional sebagai bukti pembelaan seorang pimpinan daerah bernama Asep Djamu yang bergelar Pangeran Kusumadinata IX kepada rakyatnya atas kerja paksa yang dijalankan pemerintahan kolonial Belanda.
Beliau melihat sendiri ratusan rakyat Sumedang kepayahan membuka jalan di sekitar itu yang penuh bebatuan. Bahkan, banyak diantaranya yang jatuh sakit dan neninggal setelah bekerja rodi membuka jalan sebagai kebijakan dari Gubernur Jenderal Daendels.
Betapa marahnya Asep Djamu, saat ada kabar Gubernur Jenderal Daendels marah besar mendengar pengerjaan jalan dari Anyer hingga Panarukan itu terhambat di sekitar cadas pangeran sekarang.
Baca Juga:
Ketua Umum BAPERS Agus Salim Resmikan Pusat Siaran Pers Badan Pemenangan Rudy Susmanto, Bapers.id
Rengasdengklok Sabet Juara Umum Jambore Satlinmas Kabupaten Karawang 2024
Pada hari yang telah direncanakan, Gubernur Jenderal Daendels datang ke lokasi dengan wajah marah disambut Kangjeng Pangeran Kusumadinata IX pun dengan wajah marah pula.
Ditengah kemarahan Daendels, ia sedikit ciut nyalinya, ketika Sang Pangeran ketika diajak bersalaman diterima dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya memegang kepala keris yang terselip di pinggang.
Betapa takutnya Daendels melihat kejadian itu, dengan sopan ia berjanji akan mengirimkan peralatan berat untuk membantu membongkar hamparan batu yang menghambat pembuatan jalan di sekitar itu.
Sebagai penghargaan dari masyarakat Sumedang terhadap keberanian Sang Pangeran, jalan sekitar itu disebut jalan Cadas Pangeran.
Baca Juga:
Jalan Cadas Pangeran hingga kini masih terus menyimpan misteri, banyak cerita dari mulut ke mulut diluar nalar yang dialami ketika melewati kawasan Jalan Cadas Pangeran, meskipun kebenaran ceritanya masih dipertanyakan.
Konon pernah ada seseorang mengendarai motor tengah malam melewati Jalan Cadas Pangeran , tiba-tiba motornya terasa sangat berat seperti membonceng sesuatu beban yang sangat berat.
Si pengendara motor terus melajukan motornya meski dengan bulu kuduk sangat merinding, setelah melewati Cadas Pangeran ia memberhentikan motornya dan memeriksa ke belakang, ternyata tidak ada apa-apa.
Ada lagi cerita, seorang pengendara mobil malam-malam melewati kawasan itu, di tengah-tengah jalan ia terpaksa menghentikan mobilnya karena terhalangi iring-iringan pengusung jenajah.
Si pengendara baru sadar setelah lewati Jalan Cadas Pangeran, masa iya di tempat terpencil dan malam-malam begitu ada iring-iringan jenazah, dan lagi mau dibawa ke mana, kanan kiri jalan berupa tebing dan jurang.
Cerita misteri lainnya yang pernah tersebar, di bawah jalan Cadas Pangeran terdapat lubang panjang tempat bersarangnya seekor ular raksasa, panjangnya puluhan meter. Sekali-kali ular itu keluar kadang melintasi jalan.
Selain misteri, ada pula cerita bahwa di kawasan Cadas Pangeran sampai sekarang pohon pepaya tidak pernah berbuah.
Konon, pada zaman dulu, Kangjeng Pangeran Sumedang berkunjung ke kawasan Cadas Pangeran, kebetulan ada pedagang pepaya, Kangjeng Pangeran bertanya ke pedagang itu berapa harga pepaya.
Si pedagang menjawab nilai harga pepaya tadi tapi disertai ungkapan, agak mahal karena pepayanya lagi tidak ada. Kangjeng Pangeran menjawab, ” Oh tidak ada ya,” sejak itu pepaya yang tumbuh di sana selalu tidak berbuah.
(Tatang Tarmedi)***