Misteri Gunung Geulis dan Pantangan Menyebut Kata “Tandur” Untuk Istilah Tanam Padi

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 12 Februari 2024 - 14:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

HARIANSUMEDANG.COM – Wilayah Gunung Geulis masuk tiga kecamatan, yakni Tanjungsari, Jatinangor dan Kecamatan Cimanggung.

Gunung Geulis wilayah Jatinangor, meliputi Desa Jatiroke, Hegarmanah, Jatimukti, dan Desa Cisempur.

Gunung Geulis wilayah Cimanggung, meliputi Desa Mangunarga, Sawahdadap, Sukadana, Cihanjuang dan Desa Cikahuripan.

Sedangkan Gunung Geulis wilayah Tanjungsari meliputi Desa Cinanjung , Desa Persiapan Pananjung dan Desa Raharja.

BACA JUGA:

Ketua Bawaslu Rahmat Bagja Tanggapi Kritik Film Dokumenter ‘Dirty Vote’ buatan Dandhy Dwi Laksono

Sejak Kepsek SMAN Jatinunggal, Jajat Sudrajat Terus Berjuang Terapkan Sekolah Gratis di SMAN Tanjungkerta

Gunung Geulis itu terdiri dari dua gunung, yakni Gunung Geulisnya itu sendiri dan sebelahnya Gunung Bukit Barisan.

Disebut Gunung Geulis, karena dari dulu gunung itu dari jauh terlihat geulis (cantik) karena tanaman keras tidak pernah tumbuh secara masif.

Dari tahun 1970-an, upaya pemerintah untuk menghijaukan Gunung Geulis selalu mengalami kegagalan.

Bahkan, jaman Gubernur Jawa Barat Aang Kunaepi, ada program bernama Rakgantang atau Gerakan Gandrung Tatangkalan.

Tapi, upaya-upaya untuk menghijaukan Gunung Geulis selalu mengalami kegagalan, termasuk oleh Perhutani.

Mengapa upaya reboisasi di Gunung Geulis selalu tidak berhasil ?

Menurut segelintir kepercayaan tokoh masyarakat tua di Cikahuripan, kegagalan terus menerus dalam menghijaukan Gunung Geulis, karena belum direstui oleh para leluhur di sana.

Ada pantangan yang semestinya dipatuhi untuk tidak dilaksanakan, tapi masyarakat sekitar seolah kurang memercayainya.

Satu diantaranya, kata sesepuh, di sekitar Gunung Geulis pantang menyebut kata “Tandur” untuk istilah menanam padi di sawah.

Sebagai pengganti kata “tandur” harus diganti dengan kata “melakan”, tapi masyarakat telah terbiasa menyebut Tandur untuk kegiatan menanam padi.

Konon, di sekitar Gunung Geulis, jaman dahulu, ada tokoh bernama Tandur Jajar, tokoh ini paling disegani di sekitar itu.

Eyang Tandur selama hidupnya memelihara ternak, termasuk kuda, akhir hidupnya ia dimakamkan di Puncak Gunung Geulis.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Hingga sekarang, makam Eyang Tandur suka dikunjungi banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin berhasil dalam bertani dan berladang.

Boleh percaya boleh tidak.

Terlepas dari pantangan-pantangan tadi, upaya penghijauan Gunung Geulis terus berjalan, diantaranya dilakukan oleh Forum Peduli Gunung Geulis.

LAINNYA:

SD Negeri Cibeusi Jatinangor Tantangan Karir Terakhir Hj. Tati Tarmilah Sebelum Dirinya Pensiun

Pemkab Sumedang Usulkan Tiga Desa Baru Sebagai Desa Persiapan ke Gubernur Jawa Barat

Forum yang sedang dijalankan oleh Saepudin, mantan Kades Jatiroke dan mantan anggota DPRD Kabupaten Sumedang ini, berfokus pada konservasi lahan kritis.

Bekerjasama dengan perguruan tinggi yang ada di Jatinangor, Saepudin dengan forumnya tadi mencoba mempelopori penanaman kopi, hingga terlahir Kopi Gugeul (Kopi Gunung Geulis).

Baru-baru ini, Saepudin menerima program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa Kebun Bibit Rakyat.

Kebun Bibit Rakyat ala Saepudin diantaranya membibitkan jenis pohon kekayuan dan buah-buahan ditanam di sekitar Gunung Geulis. (TatangTarmedi)***

Berita Terkait

Ketua Umum BAPERS Agus Salim Resmikan Pusat Siaran Pers Badan Pemenangan Rudy Susmanto, Bapers.id
BPN dan Indoposco Gelar FGD, Program Digitalisasi Pertanahan untuk Percepatan Layanan Publik
Inilah Pengakuan Pegi Setiawan Saat Penyidikan Kasus Vina Cirebon, Usai Dinyatakan Bebas
Dinyatakan Tidak Sah, Penetapan Pegi Setiawan Tesangka Pembunuhan Vina Cirebon oleh Polda Jabar
Sempat Dirawat di RS Immanuel Bandung, Mantan Bupati Kuningan Acep Purnama Meninggal Dunia
Kompolnas Optimimis Polda dengan Bantuan Bareskrim Polri, Jabar Bisa Ungkap Pembunuh Vina Cirebon
BMKG Ungkap Alasan Cuaca di Bandung Raya dan Jawa Barat Terasa Panas dan Lebih Kering
Tewaskan 11 Orang Rombongan Pelajar SMK Lingga Kencana Depok, Begini Kronologi Bus Terguling di Ciater
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Jumat, 13 September 2024 - 18:50 WIB

Ketua Umum BAPERS Agus Salim Resmikan Pusat Siaran Pers Badan Pemenangan Rudy Susmanto, Bapers.id

Kamis, 15 Agustus 2024 - 16:46 WIB

BPN dan Indoposco Gelar FGD, Program Digitalisasi Pertanahan untuk Percepatan Layanan Publik

Selasa, 9 Juli 2024 - 21:42 WIB

Inilah Pengakuan Pegi Setiawan Saat Penyidikan Kasus Vina Cirebon, Usai Dinyatakan Bebas

Senin, 8 Juli 2024 - 13:13 WIB

Dinyatakan Tidak Sah, Penetapan Pegi Setiawan Tesangka Pembunuhan Vina Cirebon oleh Polda Jabar

Sabtu, 25 Mei 2024 - 15:37 WIB

Sempat Dirawat di RS Immanuel Bandung, Mantan Bupati Kuningan Acep Purnama Meninggal Dunia

Rabu, 22 Mei 2024 - 14:23 WIB

Kompolnas Optimimis Polda dengan Bantuan Bareskrim Polri, Jabar Bisa Ungkap Pembunuh Vina Cirebon

Senin, 20 Mei 2024 - 11:53 WIB

BMKG Ungkap Alasan Cuaca di Bandung Raya dan Jawa Barat Terasa Panas dan Lebih Kering

Minggu, 12 Mei 2024 - 08:19 WIB

Tewaskan 11 Orang Rombongan Pelajar SMK Lingga Kencana Depok, Begini Kronologi Bus Terguling di Ciater

Berita Terbaru